031-5963367

17. Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, 18. Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. 19. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku; Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Habakuk 3:17-19)

Syalom saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus

Masa-masa sukar mungkin sudah menjadi ungkapan yang tidak asing lagi di telinga kita. Keadaan-keadaan yang kita anggap di luar batas “kenormalan”, di luar “kendali”, dan “tidak sebagaimana mestinya”, yang sering kita saksikan, baik secara langsung, melalui media atau melalui pembicaraan di sekeliling kita.

Sering kita temui masa-masa sukar yang out of control  dalam beberapa kategori seperti: bencana alam, kecelakaan, sakit-penyakit, perampokan, pembunuhan, peperangan, perceraian, kesewenang-wenangan dan berbagai penyelewengan serta tindak kejahatan yang lain yang begitu dekat dengan kita, bahkan mungkin kita alami sendiri. Akibatnya tidak sedikit dari kita hidup dalam kebingungan dan kegelisahan serta menderita secara fisik maupun mental. Akhirnya, kita pun hanya dapat berkeluh kesah dan bahkan menyesali hidup ini. Akan tetapi apakah keluh kesah dan penyesalan memang merupakan hal yang paling tepat untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut? Atau, kita sebagai orang yang telah dipanggil dan dipilih  menikmati cinta kasih Allah, kita memiliki respon lain yang lebih baik?

Habakuk adalah seorang nabi di Yehuda yang hidup di zaman para raja. Dia banyak menyaksikan keadaan masa-masa sukar yang out of control pada zamannya. Pada akhirnya persepsi atau sikap dan respon Habakuk benar menghadapinya. Sekarang kita bertanya pada diri sendiri “Bagaimana kita bersikap dan merespon terhadap keadaan masa-masa sukar yang out of control di zaman sekarang?” Apakah kita akan cuek karena berpikir tidak ada lagi yang mungkin bisa kita lakukan? atau kita akan menyesal, mengasihani diri dan menganggap kitalah orang yang paling malang di dunia? kita marah dan membenci semuanya termasuk Tuhan? Kita menganggap bahwa Allah tidak baik? Ataukah kita mau belajar dari Habakuk yang berdiam diri dihadapan Tuhan dengan persepsi yang benar dan sabar, jujur, serta berani bergumul di hadapan Tuhan, masuk dalam tempat Kudus Allah tetap memuji-muji, meyembah Tuhan dan menantikan jawabanNya dan mereposninya secara positif? Hingga akhirnya keluar dari krisis mengalami kemenangan serta berkat luar biasa dari Tuhan.

Jika ingin hidup kita tetap “Mekar Dimasa Sukar” maka cara pandang kita harus benar dulu terhadap Tuhan bahwa Dia Allah yang baik, berdaulat penuh atas semua ciptaanNya. Jalan-jalanNya selau benar. Dengan perngetian ini bukan saja kita dapat bertahan dalam kesukaran tetapi bisa keluar dari krisis. Tetaplah mengucap syukur dan selalu persembahkan yang terbaik dari seluruh hidup kita untuk kemuliaan Tuhan. Percayalah! Jehova Jireh, Allah menyediakan apa yang kita butuhkan. Amin.